Teori-Teori Perubahan Sosial

 

A.            Teori-Teori Perubahan Sosial Budaya

Secara garus besar, ada beberapa ahli sosiologi menjelaskan teori tentang perubahan sosial-budaya, yaitu sebagai berikut.

1.              Teori Evolusioner

Teori ini mengungkapkan bahwa perubahan sosial memiliki arah tetap yang dilalui oleh semua masyarakat melalui urutan pentahapan yang sama dan bermula dari tahap perkembangan awal menuju ke tahap perkembangan terakhir. Para pendukung teori ini, di antaranya sebagai berikut.

a.   Auguste Comte; menyatakan bahwa perubahan sosial budaya terjadi melalui tiga tahap. Pertama, tahap teologis (theological stage), yaitu tahap yang diarahkan oleh nilai-nilai dialami (supernatural). Kedua, tahap metafisik (methafisical stage), yaitu tahap peralihan di mana kepercayaan terhadap unsur adikodrati digeser oleh prinsip-prinsip abstrak yang berperan sebagai dasar perkembangan budaya, dan ketiga tahap positif atau tahap ilmiah (positive or scientific stage) yang menunjukkan bahwa masyarakat diarahkan oleh kenyataan yang didukung oleh prinsip-prinsip ilmu pengetahuan.


b.              Hebert Spencer; menyatakan bahwa terdapat persamaan antara evolusi Darwin dengan evolusi sosial budaya, yaitu peralihan masyarakat melalui serangkaian tahap yang berawal dari tahap kelompok suku yang homogen dan sederhana ke tahap masyarakat modern yang kompleks.

c.              Lewis Henry Morgan; menyatakan bahwa perubahan sosial budaya secara evolusi melalui tujuh tahap di awali dari tahap perbudakan dan di akhiri dengan tahap peradaban.


2.              Teori Siklus

Teori ini mengungkapkan bahwa selain adanya sejumlah tahapan yang dilakukan masyarakat dalam perubahannya, namun ada juga proses peralihan masyarakat yang bukannya berakhir pada tahap terakhir yang sempurna melainkan berputar kembali kepada tahap awal. . Para pendukung teori ini, di antaranya sebagai berikut.

a.              Oswald Spengler; menyatakan bahwa setiap peradaban besar melalui proses pentahapan kelahiran, pertumbuhan, dan kematian.

b.              Pitirim A. Sorokin; menyatakan bahwa semua peradaban besar berada dalam siklus tiga kebudayaan yang berputar tanpa akhir, yaitu kebudayaan ideasional (ideational cultural), kebudayaan idealistik (idealistic cultural) dan kebudayaan sensasi (sensate cultural).


c.              Arnold Toynbee; menyatakan bahwa peradaban besar berada dalam siklus kelahiran, pertumbuhan, keruntuhan dan kematian.

 

3.              Teori Fungsional dan Teori Konflik

Penganut teori fungsional mengungkapkan bahwa perubahan merupakan sesuatu yang konstan. Perubahan dianggap mengacaukan keseimbangan masyarakat. Proses pengacauan berhenti pada saat perubahan tersebut telah diintegrasikan ke dalam kebudayaan. Perubahan yang bermanfaat (fungsional) akan diterima oleh masyarakat, sedangkan perubahan lain yang tidak bermanfaat (disfungsional) akan ditolak oleh masyarakat.

Sementara itu, teori konflik yang pengikutnya banyak mengikuti perubahan evolusionernya Marx menilai bahwa yang konstan adalah konflik sosial bukan perubahan. Hal itu karena akibat dari adanya konflik, baik konflik sosial ataupun perubahan berlangsung secara terus menerus. Perubahan menciptakan kelompok baru dan kelas sosial baru. Konflik antarkelompok dan antarkelas sosial melahirkan perubahan berikutnya.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Teori-Teori Perubahan Sosial "

Posting Komentar